Saat ini peluang bisnis di bidang clothing sangatlah menjanjikan apalagi didukung dengan antusias masyarakat terutama dikalangan anak muda dan dewasa yang suka dengan style. Bisnis di bidang ini tidaklah susah hanya saja anda harus bisa mengetahui tren di pasaran saat ini atu dengan kata lain up to date, agar bisnis bisa berjalan dengan lancar. T-shirt model v-neck, sablon jenis ruster, bahan jenis katun
combat 28s, merupakan salah satu produk t-shirt keluaran terbaru dari merek
Deadseventies dalam tiga bulan terakhir ini. Hasilnya?
Penjualan online store naik 2 kali lipat, omzet retail
merangkak tajam sampai 200%, kapasitas produksi pun mau tidak mau digenjot demi
mencukupi derasnya permintaan atas merek clothing yang sudah eksis sejak tahun
2003 ini. Apa pasal? Rupanya diam-diam distro dan clothing lokal yang berkantor
pusat di Bandung ini, punya kiat-kiat khusus agar bisa terus eksis dan diterima
produknya di masyarakat, bukan saja cakupan lokal, tapi internasional, apa saja
itu?
Cikal bakal distro/clothing memang tidak bisa lepas dari
kota Bandung. Bermula dari beberapa anak muda kreatif yang membuat dan
memasarkan produknya secara mandiri, dari membuka lapak kecil kecilan sampai
hand to hand mereka lakukan. Bak gayung bersambut, ternyata cara ini mendapat
tanggapan cukup positif di tengah krisis ekonomi yang cukup meremukkan
sendi-sendi sektor industri pada tahun 1997 lalu.
Setelah itu, kemudian lahirlah beberapa nama label/merek
perorangan dengan konsep yang tanpa batasan. Artinya, mereka membuat pola dan
desain semau mereka tanpa memakai pakem yang justru menghilangkan nilai
kreatifitas mereka. EAT, OUVAL Research, Invictus, AIRPLANE adalah salah satu
pioneer dalam industri ini dan masih tetap eksis sampai sekarang.
Pada dasarnya, ada dua hal yang membedakan antara distro dan
clothing/label/merek. Clothing adalah merek dari produk yang ditawarkan
(biasanya merek perorangan), sedangkan distro kepanjangan dari kata
distribution outlet. Maksudnya, distro merupakan wadah untuk menampung dan
menjual produk clothing di pasaran yang jumlahnya mencapai 10.000 merek distro
dan clothing di seluruh Indonesia (data dari Kementrian Perindustrian dan
Perdagangan RI tahun 2008). Wow…angka yang sangat fantastis mengingat industri
ini merupakan jenis usaha mikro kecil dan menengah.
Bila satu merek distro/clothing bisa mempekerjakan 4 orang,
asumsinya adalah tersedianya 40.000 tenaga kerja yang bisa diserap dari
industri ini, bukan angka yang kecil bukan? Ditambah lagi, berdasarkan data
tahun 2008, plus mereka secara sadar dan kolektif terbiasa mandiri. Artinya,
bahwa mulai pra produksi (persiapan bahan dan jenisnya, desain/pola/gambar)
produksi (jahit, sablon, finishing), dan distribusi (penempatan di distro
potensial baik di Jakarta, daerah, maupun luar negeri) mereka lakukan sendiri.
Dengan kata lain, industri kreatif ini menanamkan
kemandirian dalam melakukan usaha dimulai dari dasar. Bisa kita bayangkan
betapa industri kecil ini berkontribusi sangat besar untuk menciptakan lapangan
kerja dan mencetak wirausahawan yang unggul, tangguh, tahan banting dan
mempunyai mental yang bisa diacungi jempol.
Hal yang membedakan produk sejenis dengan indusri garmen
pabrikan adalah dibatasinya jumlah kuantitas produksi dari setiap desain yang
dihasilkan. Biasanya, hanya sejumlah puluhan dalam setiap produksi demi menjaga
eksklusifitas produknya.
0 comments:
Post a Comment